Anda pernah
marah-marah dan kesal terhadap seseorang karena suatu peristiwa yang
menyakitkan dan memalukan? Ataukah hati anda membenci seseorang karena ia
mempunyai akhlak buruk yang merugikan orang lain tampak dalam sikap, tindakan
dan ucapannya?
Hal tersebut
bisa terjadi pada diri kita kapan dan di manapun, namun agama Islam yang indah
ini mengajarkan kepada kita agar kita bersikap sabar dan pemaaf hingga
kapanpun. Jangan menyimpan rasa marah dan sifat benci terhadap sesama muslim
dalam hatimu. Karena sifat marah dan membenci terhadap mereka membuat kedudukan
mu sama dengan mereka. Tetaplah mencintainya karena Allah dan jangan berhenti
untuk mencintainya.
Habib Ali Al Jufri memberi nasihat dengan kata-kata
beliau:
“Sepahit
apapun cobaan datang,... Jangan pernah berhenti mencintai...
Jika
musuh Anda berhasil merampok Anda dari kemampuan Anda untuk mencintai.. maka ia
telah mengalahkan Anda.”
Seburuk apapun
yang terlihat dan tampak olehmu terhadap saudaramu muslim ia hanyalah hamba Allah yang juga ikut
berjasa atas kebaikan yang anda miliki yaitu berupa pelajaran yang anda ketahui
saat ini, sebagai sarana anda mendapat petunjuk jalan kebenaran, karena ia
telah menjadi subyek suatu peristiwa yang mengandung hikmah yang anda alami.
Maka bersikaplah sebaliknya terhadapnya bukan membenci namun menaruh sifat belas kasih dengan mengingatkan
dan mendoakannya. Hendaknya tidak berkata sulit untuk melakukan kebaikan ini
sebelum ada upaya untuk melakukannya dengan bekal keimanan dan ilmu dan do’a
sebagai senjatanya.
Menahan diri
untuk tidak marah dan membenci dalam hal ini adalah bagian dari sifat sabar
yang disukai Allah SWT.
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.” (Ali Imron 3 : 134)
“Tetapi
orang yang bersabar dan mema'afkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diutamakan.” (Asy Syuuro 42 : 43)
Hendaknya kita juga
memperhatikan dengan seksama bagaimana Allah berfiman tentang hal ini :
“Dan
janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu
bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya),
orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan
hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada.
Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang” (An-Nur 24 :22)
Bukankah pula
Nabi kita bersikap demikian, beliau begitu pemaaf dan beliau bukanlah pemarah,
anda bisa melihat dalam kisah perjuangannya ketika beliau mendapatkan hinaan,
cercaan, dan gangguan secara fisik. Nabi kita malah mendoakan mereka dengan
sikap penuh belas kasihan "Ya Allah berilah petunjuk terhadap kaumku (dia
berbuat demikian) karena ia tidak mengetahui (kebenaran).”
Mulai saat ini
sangat penting untuk mulia menghilangkan rasa benci terhadap siapapun, sampai kapanpun
hingga akhir hayat kita. Sebab bisa saja orang yang kita benci itu bertaubat
dan bisa lebih baik, dan bahkan lebih baik dari kita. Perlu juga kita
berhati-hati dalam setiap ucapan kita dengan mengupayakan setiap yang keluar
dari mulut kita adalah perkataan yang baik, karena perkataan yang buruk adalah
penyulut api kebencian dan pertengkaran, jangan biarkan diri kita sebagai
penyebab kebencian, kemarahan dan pertengkaran terhadap saudara kita sesama
muslim.
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf
lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan
si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (Al Baqarah 2 : 263)
Habib Umar bin
Hafidz memberikan penjelasan bagaimana cara mengendalikan marah:
Ketika puncak amarah
melanda seseorang, hendaknya ia ingat marah atau murkanya Allah suatu saat yang
tiada satu pun makhluk sanggup, kuat dan tahan menghadapi kemarahan-Nya.
Kemudian teliti amarah yang muncul, jika kemarahan yang muncul karena dorongan
hawa nafsu maka hendaknya sekuat tenaga ia tenangkan diri, karena tidak ada
keberanian yang paling dicintai Allah selain menahan dirinya seseorang dari
amarah karena Allah.
Barang siapa menahan
amarah kelak akan disebut oleh Allah hingga akan mendapat kenikmatan memilih
bidadari di surga sesuai kehendaknya. Allah SWT berfirman
وَالْكَاظِمِينَ
الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
”orang-orang yang
menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Alloh menyukai orang-orang
yang berbuat kebaikan.”
Cara-cara yang dapat
meredam amarah, jika seseorang marah dalam keadaan berdiri hendaknya ia duduk,
jika ia duduk hendaknya berbaring, jika dekat dengan air hendaknya ia berwudhu
atau mandi.
Demikian arahan dari Rasulullah SAW. Serta ucapkan
kalimat ta’wudz أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيطَانِ الرَّجِيْمِ Berdoalah sebagaimana disabdakan oleh
Rasulullah SAW اللهم أذهبْ غيظَ قلبي وأَجِرْنِي من مضلاتِ
الفِتَن Artinya “yaa Allah
hilangkanlah kemarahan hatiku dan jauhkan aku dari kesesatan fitnah”
Sangatlah
penting bagi kita untuk melatih diri secara terus menerus untuk mengendalikan
sifat jengkel dan marah kita, menggantikannya dengan senyuman dan senang
memaafkan diiringi dengan do’a kita kepada Allah SWT. supaya kita diberi
kekuatan dan kemudahan untuk melakukan sifat baik ini secara terus menerus.
Allahummarzuqna
Huda Wattuqo Amiin . . .
menghadapi hidup - Islam 100% Sempurna