FATWA DAN NASIHAT HABIB MUHAMMAD LUTHFI BIN YAHYA
Bagaimana ulama-ulama dalam memerangi hawa nafsunya, sehingga mereka bisa melepaskan pengaruh nafsunya. Memang tidak mudah. Seperti kita melihat jumlah wiridan atau bacaan yang banyak. Nafsu sangat mempengaruhi sekali; ingin cepat selesai, disisi lain bacaannya terlalu banyak dan panjang. Lalu bagaimana mengalahkan nafsu, dan bagaimana ingin dekat dengan sang khalik. Para ulama bisa mengatasi itu semua. Sehingga bisa menemukan dan bisa merasakan lezatnya taqarub pada Allah Swt. Saya sebutkan sepintas diantara gambaran kesalehan ulama kita. Seperti Habib Husain bin Thahir, -kita katakan ini tidak masuk akal, tetapi kalau kita kembalikan kepada Allah Swt tidak mustahil- satu hari satu malam beliau membaca 'la ilaha ilallah' 25.000, dan shalawat sehari 25.000 belum yang lain-lainnya. Ibadah mereka begitu hebatnya, tidak ada waktu terbuang sia-sia, coba kita muhasabah (introfeksi). Setelah salat Subuh kita lebih mengutamakan jalan-jalan, daripada membaca al-Quran, walaupun satu atau dua ayat. Para ulama kita tidak begitu, setelah wiridan selesai baru jalan, jalan dirumahnya sendiri tidak keluar. Sampai menunggu isyraq, kemudian salat Isyraq, setelah Isyraq istrhat sebentar, bangun kemudian salat Dhuha, setelah salat Dhuha yang mengajar ya mengajar, ya mencari nafkah ya mencari nafkah. Dan mereka selalu menyambut datangnya waktu bukan diundang oleh waktu. Kalau kita kan selalu diundang terus menerus. Kalau para ulama begitu sudah masuk waktu salat, mereka dalam keadaan sudah mandi, pakai baju rapi dan siap menyambut panggilan Allah Swt. Bukan menghormati adzan, tetapi mau menyambut panggilan Allah Swt. [Dalam Secercah Tinta; jalinan cinta dengan sang Pencipta].
31 Maret 2014
(Habib Muhammad Luthfi bin Yahya)
*
Ada orang yang bertanya kepada Maulana Habib Lutfi bin Yahya tentang zuhud, dan beliau menjawab:
Zuhud itu menghilangkan taaluq (bergantung) kepada selain Allah dan melanggengkan rasa butuh kepada Allah. Membenci dunia itu artinya kita disuruh memarahi diri sendiri kalau senang atau hati kita taaluq pada dunia. Karena selain Allah itu kecil. Zuhud itu bukan tidak boleh memiliki dunia (harta), sebab haji, zakat, sadaqah dll ya dengan dunia.
30 Maret 2014
(Habib Muhammad Luthfi bin Yahya)
**
Sangat jelas bagi para penempuh jalan kebenaran, yang selalu haus pada cucuran segar tauhid, bahwa jalan menuju Allah jumlahnya sebanyak napas makhluk karena tidak ada satu atom pun yang ada di jagad raya ini yang tidak memiliki jalan menuju Allah. Sedangkan, jalan yang paling lurus, paling baik, paling jelas dan yang telah Allah pilihkan untuk Rasul-Nya, Muhammad Saw dan untuk para pewaris beliau dari kalangan para wali (semoga Allah menambah futuh mereka), adalah terdapat dalam kitab-Nya yang terbagi ke dalam beberapa surah, yang dirinci dalam ayat-ayat, yang terbagi lagi menjadi ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat dan mencakup hukum syari’at, adab thariqah, dan rahasia hakikat. Maka bagi siapapun yang merenangi dan menyelami gelombang samudera al-Quran untuk menngeluarkan butir-butir keyakinan dan makrifat, harus merenungkan setiap surah yang ada didalamnya, dengan tujuan agar tersingkap berbagai rahasia yang ada di dalamnya sesuai dengan kesiapan dan kemampuannya. Sebab, jika tidak maka ia pasti akan tenggelam ke palungnya yang dalam. [ Tafsir al-Jailani, Dalam pendahuluan surat al-Baqarah Juz I hal 29]
18 Maret 2014
(Habib Muhammad Luthfi bin Yahya)
***
Jika kita andaikan tingkat ‘Arifun billah, alimun billah’ itu satu tempat yang jauh seperti di Amerika misalnya, maka kita jangan berpikir bagaimana di Amerika tetapi kita pikirkan bagaimana membuat visa, membuat paspor di imigrasi dan menukarkan uang dari rupiah ke dolar, lalu kita pikirkan yang lebih sederhana lagi, bagaimana kita bisa sampai ke Jakarta, dari Pekalongan kita melewati Pemalang dahulu, kemudian ke Tegal, Brebes, Losari, Cirebon, Indamayu, Cikampek dan seterusnya. Itulah, kita mulai dari hal-hal kecil, kita pasti akan sampai.
12 Maret 2014
(Habib Muhammad Luthfi bin Yahya)
****
Inti dan muara tasyawuf adalah akhlak dan adab. Maka semakin baik akhlaq seseorang semakin baik pula pengamalan tasyawuf dan ihsannya.
12 September 2014
(Habib Muhammad Luthfi bin Yahya)
*****