Zuhud dalam pengertian yang paling
jelas adalah : tidak terikatnya hati terhadap hal dunia meskipun ia memiliki
dan mampu menguasainya. Zuhud ini hakikatnya adalah masalah hati bukan sekedar
penampilan saja, namun penampilan dan sikap itu kebanyakan menjelaskan suasana
dan keadaan hati.
Rasullullah adalah teladan sikap zuhud yang paling sempurna. Kezuhudan Rasulullah meliputi
lahir dan batin secara sempurna, kita bisa melihat ini dari sejarah baginda
Nabi Muhammad SAW. Yang dideskripsikan secara gamblang dalam teladan agung
kehidupan beliau. Kita bisa melihat itu dari sabda beliau tentang masalah
kezuhudan dan cerita dari sahabat terkait kezuhudan nabi.
Di antara Sabda Nabi Muhamad tentang
zuhud ini : Rasulullah saw. Bersabda: “Zuhudlah didunia niscaya kalian
dicintai Allah SWT. dan berzuhudlah terhadap apa yang menjadi milik manusia,
niscaya manusia mencintai diri kalian.”
Beliau juga bersabda, “Barang
siapa berkeinginan untuk diberi ilmu oleh Allah SWT. tanpa belajar, dan
dikaruniai petunjuk tanpa hidayah, maka hendaklah ia hidup zuhud di dunia.”
Motivasi orang berzuhud:
Zuhud memiliki tiga tingkatan
ditinjau dari motivasinya:
Pertama: Motivasi zuhud adalah takut terhadap
api neraka. Ini adalah zuhudnya al-khoifin (orang-orang yang takut)
Kedua: Termotivasi karena cinta
dengan kenikmatan akhirat. Ini adalah zuhudnya orang-orang yang roja’ (orang-orang
yang berharap). Ini lebih baik daripada yang pertama, ibadah yang dibangun
dengan rasa harap (roja’) lebih utama daripada dibangun dengan rasa
takut (khouf), karena rasa harap akan mendatangkan mahabbah (rasa
cinta pada Allah SWT.).
Ketiga: ini adalah yang paling
puncak, motivasinya adalah sikap menjauhkan diri dari menoleh kepada selain al-haq
(Allah Yang Maha Benar), sebagai uapaya mensucikan diri dari selain al-haq dan
sikap mengecilkan dari selain al-haq, ini adalah zuhud orang-orang yang
ma’rifat kepada Allah SWT.
Ketiga motivasi diatas bisa dikatakan
sebuah proses yang tetap harus diupayakan hingga mencapai puncak, karena orang
awam akan memahami dan melakukan secara bertahap.
Zuhud memiliki beberapa tingkatan:
Pertama: Seorang hidup zuhud
sementara hatinya condong kepada dunia, namun ia tetap berjuang memeranginya.
Kedua: Benci dunia dan tidak
cenderung kepadanya, karena ia tahu menyatukan antara kenikmatan dunia dan
kenikmatan akhirat sangatlah tidak mungkin, maka dirinya dibiarkan meninggalkan
dunia , sebagaimana orang yang mengorbankan rupiah, guna mendapatkan permata,
meski rupiah itu sangat ia cintai.
Ketiga: Jiwanya tidak cenderung dan
tidak pula benci terhadap dunia. Ada dan tidaknya harta dunia, baginya tetap
sama. Harta bagi dia adalah bagaikan air dan perbendaharaan Allah SWT. itulah
sebabnya hatinya tidak pernah menoleh kepadanya, baik untuk mencintai atau
membencinya.
Tingkatan zuhud yang paling sempurna
adalah yang ketiga, karena orang yang benci terhadap sesuatu akan disibukkan
oleh sesuatu itu sendiri, sebagaimana orang disibukkan karena mencintai
sesuatu. Zuhud yang sempurna ini adalah hakikat kaya yang sebenarnya.
Kesempurnaan zuhud adalah berzuhud di
dalam zuhud, yakni zuhud yang tidak pernah
menganggap diri telah melakukan hidup zuhud. Orang yang telah meninggalkan
dunia dan mengira dirinya telah
meninggalkan sesuatu, maka ia telah mengagungkan dunia, karena dunia bagi
mereka yang memiliki mata hati sama sekali tidak berguna. Ibarat tidak
bergunanya dunia adalah ketika ada seseorang yang ingin menuju istana sang raja
namun dihalang-halangi oleh seekor anjing, kemudian orang tersebut melempar
anjing dengan sepotong roti, sehingga anjing disibukkan dengan sepotong roti,
dan orang tersebut dengan mudah masuk istana. Orang tersebut adalah gambaran
seseorang yang menempuh jalan zuhud, sedangkan roti yang dicampakkan tadi
adalah gambaran dunia, anjing adalah gambaran syaitan, sedangkan istana adalah
gambaran Kerajaan Allah SWT. Yang Maha Agung. Jadi roti tidak ada sebanding
nilainya dibandingkan istana yang hendak dituju, jika roti tertap digenggam
maka akan tetap disibukkan oleh roti dan gangguan anjing tersebut. Jika
dibanding dengan Kerajaan Allah remukan roti (dunia) itu tidak memiliki nilai
apa-apa. Sementara kehidupan akhirat tidaklah fana seperti dunia, akhirat tidak
memiliki batas seperti kehidupan dunia.
Berikut adalah sari dari apa yang telah disabdakan oleh panutan
kita Nabi Muhammad saw. yang perlu kita renungkan kita pahami dan mulai kita
belajar menerapkan pada kehidupan kita, untuk mencapai derajat zuhud yang
diridhoi Allah SWT.
1. Hidup tidak
mengejar popularitas.
2. Menghendaki
keuntungan akhirat daripada dunia.
3. Kemanapun
ia pergi tujuannya adalah akhirat.
4. Lebih
mengharap pahala dari Allah SWT daripada kekayaan dunia.
5. Tidak
takjub pada orang-orang yang memiliki bunga-bunga kehidupan dunia.
6. Keharusan
memisahkan diri dari dunia yang penuh tipudaya.
7. Mempersiapkan
berbekal untuk kehidupan akhirat.
8. Malu pada
Allah jika hidup berlebihan, melebihi apa yang dibutuhkan.
Demikian penjelasan masalah zuhud,
semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bisshowab.
Islam 100% Sempurna