Kurban atau Udlhiyah adalah hewan ternak yang disembelih
untuk mendekatkan diri kepada Allah di hari raya idul Adha hingga akhir hari
Tasyriq (Syaikh Khatib asy-Syirbini, Mughni al-Muhtaj 6/122)
Kurban adalah ibadah yang selalu dilaksanakan oleh Rasulullah Saw
dalam setiap tahunnya. Dan ketika Rasulullah Saw menyembelih Kurban beliau
berdoa: "Bismillah. Allahumma taqabbal min Muhammad wa ali Muhammad wa
min ummati Muhammad". Artinya: "Dengan menyebut nama Allah. Ya
Allah terimalah Kurban ini dari Muhammad, keluarga Muhammad, dan dari umat
Muhammad" (HR Muslim)
Imam an-Nawawi mengutip di dalam kitabnya (al-Majmu' 8/385)
tentang perbedaan pendapat mengenai hukum Kurban ini. Namun mayoritas ulama
yang didukung oleh Sayidina Abu Bakar dan Sayidina Umar serta beberapa ulama
madzhab adalah sunah. Hal ini berdasarkan hadis: "Tsalatsun Hiya 'alayya
faraidl wa lakum tathawwu'n an-nahru wa al-witru wa rak'ata ad-dluha",
Artinya: "Ada 3 hal yang wajib bagi saya dan sunah bagi kalian; Kurban,
witir, dan 2 rakaat salat Dluha" (HR Ahmad dan al-Baihaqi dari Ibnu
Abbas)
Tokoh imam Mazhab terbesar, Imam Syafi'i berkata: "Telah
sampai kepada kami bahwa Abu Bakar dan Umar (pernah) tidak menyembelih kurban
karena khawatir akan dianggap wajib" (Mukhtashar al-Muzani 8/283)
Ajaran kurban yang disyari'atkan dalam Islam sesungguhnya telah
jauh mengakar dalam sejarah umat manusia. Tercatat dalam sejarah, bahwa ibadah kurban telah dimulai sejak nenek moyang manusia pertama sebagaimana dikisahkan
Al-Quran (Al-Maidah: 27).
Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang
kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban)
salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil)
tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti membunuhmu !” Dia
(Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya Menerima (amal) dari orang yang
bertakwa.”
Dari kisah yang dapat dijumpai, para ahli tafsir menyatakan bahwa
peristiwa kurban yang dilakukan dua bersaudara dari putra Adam As adalah
merupakan solusi dari polemik perang dingin yang terjadi antara keduanya dalam
mempersunting wanita cantik rupawan bernama Iklimah sebagai pasangan hidup.
Ucapan Nabi Adam As. yang
bersumber dari wahyu yang disampaikan kepada kedua putranya, seperti dikutip
tafsir Ibnu Katsir: "Wahai anakku (Qabil dan Habil) hendaknya
masing-masing diantara kalian menyerahkan kurban, maka siapa diantara kalian
berdua yang kurban nya diterima Allah SWT dialah yang berhak menikahinya
(Iklimah)."
Pada akhir kisah disebutkan,
ternyata kurban yang diterima Allah SWT adalah yang didasarkan atas keikhlasan dan ketakwaan kepada-Nya, yaitu kurban Habil yang berupa seekor domba yang
besar dan bagus. Sementara kurban Qabil ditolak karena dilakukan atas dasar hasud
(kedengkian). Karena kebakhilannya, ia juga memilih-kan domba peliharaannya yang
kurus untuk untuk dikorbankan.
Demikian pula kisahnya Nabi Ibrahim dan Ismail yang menjadi dasar
disyari’atkannya kurban, yang sering kali kita mendengar ceritanya di
khotbah-khutbah idul adha.
Yang terlebih penting lagi adalah bagaimana kita mengambil hikmah
dari pelaksanaan kurban ini menjadi sesuatu yang kita yakini dan kita amalkan
dalam kehidupan sehari-hari.
1.
Semua kemuliaan yang dicapai oleh semua kekasih
Allah Para nabi dan rasul, sahabat, para auliya’, para wali, ulama’
serta para kiai semua melalui satu pengorbanan yang sangat luar biasa bukan
hanya harta namun segalanya dikorbankan termasuk jiwa dan raga untuk perjuangan
di jalan Allah SWT. Para nabi terdahulu berjuang secara istiqomah seumur
hidupnya untuk mengenalkan dan menegakkan kalimat tauhid Lailahaillallah
dilingkungan kejahiliahan, kemusyrikan. Penderitaan dan kesusahan dijalani
bahkan nyawa siap dipertaruhkan karena meninggikan kalimat Allah. Kita bisa
melihat bagaimana kesabaran nabi Musa yang luar biasa terhadap kaumnya,
kesabaran nabi Muhammad menghadapi orang-orang quraisy dan masih banyak kisah-kisah para kekasih Allah yang menceritakan tentang pengorbanan dan kesabarannya.
Saat ini kita sebagai umatnya nabi
Muhammad sudah seharusnya banyak bersyukur atas nikmat agama islam yang kita
terima tanpa harus meneteskan darah dan air mata seperti yang dialami Nabi
Muhammad SAW. Kita tinggal melestarikan
dan terus menegakkannya ila yaumil qiyammah dengan mentari perintah
Allah, Perintah Nabi Muhammad SAW.
Kita sadari ini jika mengidamkan hidup
mulia, kemuliaan dihadapan Allah, maka harus pula melakukan korban dan
pengorbanan, yaitu pengorbanan kita dengan terus menegakkan Islam ila yaumil
qiyammah dengan mentari perintah Allah, Perintah Nabi Muhammad SAW.
2.
Ibadah kurban mengajarkan kepada umat manusia
untuk bersikap pengasih, dermawan dan menanamkan sikap peduli terhadap yang
lain. Hal ini adalah sebagai bentuk ungkapan yang nyata rasa syukur seseorang
atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT. secara otomatis sikap mau berkorban
ini menjauhkan seseorang dari buruknya
sifat bakhil atau merasa sayang hartanya untuk dikeluarkan dijalan Allah,
karena bakhil adalah penyakit hati yang perlu diperangi dan dihilangkan, karena
Rasulullah mengajarkan sikap pemurah dan kedermawanan.
3.
Mengajarkan manusia untuk Sabar dan Ikhlas
dalam menjalankan Ibadah kepada Allah, bukan hanya dalam hal ibadah kurban ini
saja, tetapi juga mengandung pengajaran ibadah-ibadah yang lain, tentang
shalatnya seorang hamba yang wajib maupun yang sunah, sejauh mana pengorbanan-nya memelihara untuk senantiasa sholat berjama’ah, puasanya yang
wajib maupun yang sunah, serta semua perbuatan baiknya terhadap sesama muslim,
juga tekadnya untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi yang lain, semua dilakukan dengan usaha keras dan pengorbanan karena Allah, dan Allah pasti akan
menerima ibadahnya para Solihin dan sobirin yaitu orang-orang yang ikhlas
dan sabar.
Demikian sedikit
ulasan tentang Membumikan Makna Kurban dalam Kehidupan semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca semua yang budiman juga bagi penulis, Amiin.