Allah SWT. benar-benar menganugerahkan hidayah, rahmat, ilmu dan
ridho kepada orang-orang yang takut kepada-Nya. Allah SWT. berfirman “Di
antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya,
hanyalah para ulama”. (al-fatir [35]; 28), “Dia (Allah) Mengetahui
segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka,
dan mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang yang Diridai (Allah),
dan mereka selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.
”(al-bayyinah[21];28).
Rasulullah bersabda Rasulullah juga bersabda, “Barang siapa yang
takut kepada Allah, maka segala sesuatu akan takut kepadanya, dan barang siapa
yang takut kepada selain Allah, maka Allah menjadikannya takut atas segala
sesuatu.” Sabda Rasulullah yang lain, “Allah SWT. berfirman, Demi
kegagahan dan keagungan-Ku, aku telah mengaruniakan dua bentuk rasa takut
kepada hamba-Ku secara bersamaan, dan tidak mengaruniakan rasa aman secara
bersamaan. Karena itu, bila ia merasa aman dari (sangsi-Ku) di dunia, maka Aku
jadikan ia takut pada hari kiamat. Jika takut kepada-Ku di dunia, maka
kujadikan ia aman pada hari kiamat.”
Ketahuilah hakikat rasa takut (khouf) adalah sakit dan
terbakarnya hati yang disebabkan oleh akan terjadinya sesuatu yang di benci
pada masa mendatang. Rasa takut kadang bersal dari mengalirnya dosa-dosa, dan
ada kalanya rasa takut kepada Allah SWT. bersumber dari ma’rifat terhadap
sifat-sifat-Nya yang mengharuskan untuk Mesa takut. Ini merupakan khouf
yang paling sempurna, karena orang yang mengenal Allah SWT, pasti takut
kepada-Nya. Karena itu Allah SWT. berfirman, “Sesungguhnya orang yang takut
kepada Allah SWT. di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama’.”
Mengetahui keagungan dan kemahabesaran Allah SWT. pasti akan
melahirkan rasa takut. Ini adalah rasa takut yang sempurna. Takut kepada Allah
seorang hamba bukannya malah menjauh dan lari dari Allah SWT., akan tetapi
seorang hamba yang merasa takut kepada Allah justru akan cenderung semakin
mendekat kepada Allah SWT., ingin berusaha terus untuk mengenal sifat-sifat dan
keagungan-Nya, ia berusaha selalu semakin dekat hatinya dengan Allah SWT.
Terapi dan cara memperoleh khouf.
Dengan Ma’rifat Kepada Allah SWT. Ma’rifat pasti menyebatkan khouf.
Orang yang terperangkap dalam sarang binatang buas, yang telah ia tahu dan
kenal binatangnya, tidak memerlukan terapi khusus agar ia menjadi takut
terhadap binatang tersebut. Orang yang telah mengenal Keagungan dan Keperkasaan
Allah SWT., bahwa Dia telah menciptakan surga berikut penghuninya dan
menciptakan Neraka beserta penghuninya, Ia telah menetapkan kebahagiaan serta
kesengsaraan atas tiap orang dengan
tepat dan adil, bahwa pelaksanaan qodho’-Nya yang telah ditetapkan pada zaman
azali, tidak dapat diubah oleh siapapun, dan orang tersebut tidak mengetahui
ketetapan qodho’-NYa dan ketetapan akhir kehidupannya, dan ada kemungkinan ia
akan terkena qodho’ berupa siksa yang abadi, maka tidak dibayangkan bahwa ia
tidak menjadi merasa takut. Sedangkan orang yang tidak pernah merasa takut dan
merasa aman dengan semua itu serta tetap dalam keburukannya adalah orang yang
lalai dan termasuk orang yang merugi.
Bagi orang yang belum mampu menyelami hakikat ma’rifat, maka
terapinya adalah dengan melihat dan belajar dari orang-orang yang takut kepada
Allah, mengenai perihal apapun yaitu belajar dari golongan para Nabi, Wali,
Ulama’ dan ahlul bashiroh (orang yang memiliki ketahanan mata hati).
Hubungan Khouf dan roja’.
Khouf adalah cambuk
yang menghalau seseorang menuju kesenangan yang melalaikan yang menjauh dan
melupakan Allah. Tidak seharusnya rasa khouf itu diabaikan, hanya karena
putus asa. Tindakan itu jika terjadi merupakan tindakan tercela. Ketika khouf
menguasai diri harus dicampur dengan rasa harap (roja’). Seyogianya rasa
harap menguasai rasa takut, semasa seseorang hamba masih berkawan dengan
dosa-dosa, hal ini agar hamba terjerumus pada lembah keputusasaan. Sementara
seorang yang taat kepada Allah yang senantiasa menyendiri bersama Allah,
seyogianya menyeimbangkan rasa takut (khouf) dengan rasa harapnya (roja’).
Sebagaimana sahabat Umar r.a. ketika mengatakan, “Andaikata seluruh manusia dipanggil
untuk masuk surga, kecuali satu orang, maka aku khawatir orang itu adalah aku”.
Akan tetapi ketika mendekati maut roja’ dan berbaik sangka kepada Allah
SWT. lebih utama baginya. Rasulullah SAW. Bersabda janganlah sekali-kali salah
seorang di antara kalian mati, kecuali dalam keadaan berbaik sangka terhadap
tuhannya.
Roja’ berbeda dengan
angan-angan (tamanni). Sebagai gambaran orang yang tidak bercocok tanam
dan tidak manebar benih, kemudian menunggu tumbuhnya tanaman, maka ia adalah
seorang yang tengah berada dalam angan-angan, dan tertipu, ia bukannya orang
yang tengah berharap, dengan kata yang lain roja’ itu setelah menyempurnakan
ikhtiar. Tentang roja’ ini Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang
yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah,
mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang” (al-Baqoroh [2]; 218). Jadi buah dari rasa harap adalah
kegairahan meminta dan memohon.
Tingkatan khouf terendah adalah sikap meninggalkan dosa dan
berpaling dari dunia. Sesuatu yang tidak mendorong untuk berbuat demikian
adalah merupakan bisikan nafsu dan bisikan-bisikan yang tidak bermanfaat. Khouf
yang sempurna dapat membuahkan perilaku zuhud di dunia. Selanjutnya akan
dijelaskan tentang zuhud pada Post berikutnya.