Syair yang berisi pujian kepada Allah, atau kepada Rasul-Nya
, atau pembelaan terhadap Islam, dan yang memuat hal-hal yang benar merupakan
sebuah kebaikan dan boleh didendangkan di dalam masjid. Akan tetapi, jika
syair tersebut berisi kalimat-kalimat cacian, pembelaan terhadap bid'ah yang
sesat, ajakan kepada maksiat, maka ia adalah sesuatu yang buruk[1] dan
tidak boleh didendangkan baik di dalam maupun di luar masjid.
Suatu hari, (setelah Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam wafat), Hassan
Ibn Tsabit melantunkan syair di dalam Masjid. Sayyidina 'Umar Bin
Khaththab yang menyaksikan perbuatannya segera menegur. Melihat sikap
Sayyidina 'Umar yang menegurnya, Hassan Ibn Tsabit pun berkata:
كُنْتُ أُنْشِدُ فِيْهِ وَفِيْهِ مَنْ
هُوَ خَيْرٌ مِنْكَ
Dahulu aku pernah melantunkan syair di dalam Masjid dan di sana ada
manusia yang jauh lebih baik darimu (Rasulullah shallallahu 'alahi wa
sallam). (HR Bukhari)
Hassan
kemudian menoleh kepada Abu Hurairah dan berkata, "Kusumpah engkau dengan
Nama Allah, bukankah engkau mendengar Rasulullahshallallahu 'alahi wa sallam bersabda:
أَجِبْ عَنِّي اللَّهُمَّ
أَيِّدْهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ
"Belalah aku. Duhai Allah, tolonglah (kuatkanlah) dia
dengan Ruhul Qudus (Jibril)."
"Ya, benar" jawab Abu Hurairah. (HR Bukhari)
Setelah mendengar jawaban Hassan, Sayyidina 'Umar kemudian membiarkannya
dan tidak berani melarangnya.
Hassan Ibn Tsabit Bin Al-Mundzir Bin Haram Bin 'Amr Bin Zaid Manah
Bin 'Adiy Bin 'Amr Bin Malik Bin Najjar, Al-Anshari Al-Khazraji
An-Najjari. Beliau merupakan salah seorang sahabat yang secara khusus
diangkat oleh Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam sebagai penyair
beliau. Bahkan Rasulullahshallallahu 'alahi wa sallam membuat mimbar
khusus di dalam Masjid untuk Hassan. Dari atas mimbar itulah Hassan
melantunkan bait-bait syairnya memuji dan membela Rasulullah shallallahu
'alahi wa sallam .[2]
Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda:
إِنَّ رُوْحَ الْقُدُسِ لاَ
يَزَالُ يُؤَيِّدُكَ مَا نَافَحْتَ عَنِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ
Sesungguhnya Ruhul Qudus (Jibril) akan senantiasa membantumu,
selama engkau membela Allah dan Rasul-Nya. (HR Muslim)
[1] Lihat 'Alwî bin 'Abbas Al-Malikî, Ibanatul Ahkam,
Daruts Tsaqafatul Islamiah,Beirut, Juz.I, hal.355-356.
[2] Ibnul Atsîr, Usdul Ghabah, Darul Ma'rifah, Juz.2,
hal.7.
Kata Kunci: hukum, berdendang, melantunkan, menyanyikan, mendendangkan, syair, islam, islami, masjid
Sumber: Kiyaijawab,com