بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العلمين, وبه
نستعين على أمور الدنيا والدين, وصلى الله على سيدنا محمد وآله صحبه وسلم أجمعين.
وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدى هدى
محمد وشر الأمور محدثاتها وكل بدعة ضلالة . أما بعد
Pendahulan
Adanya 2 adzan dalam sholat jum’at adalah merupakan kesepakatan para ulama dari
masa kemasa dimulai dari masanya Sayyidina Utsman bin Affan hingga hari ini
sampai munculnya pendapat aneh yang bersebrangan dengan apa yang dijalankan
oleh para ulama. Memang benar adzan jum’at pada zaman Nabi SAW dan Sayyidina
Abu Bakar dan Sayyidina Umar adalah sekali yaitu disaat khotib duduk diatas
mimbar. Akan tetapi pada zaman Sayyidina Utsman bin Affan karena semakin
banyaknya kaum muslimin maka beliau menganggap perlu untuk menambahkan adzan
dari 1 adzan menjadi 2 adzan. Adzan yang pertama untuk mengingatkan kaum
muslimin bahwasanya hari itu adalah hari jum’at agar bersiap-siap pergi ke
masjid untuk melakukan sholat jum’at. Adapun adzan yang kedua adalah untuk
menunjukan bahwa sholat jum’at akan segera dimulai. Dan hal seperti ini sudah
menjadi kesepakatan para ulama dari masa kemasa dan tidak ada ingkar sama
sekali dari para sahabat Nabi SAW.
Kisah penambahan adzan Sayyidina
Utsman Bin Affan disebutkan oleh Imam Bukhori dalam kitab shohihnya
1. Hadits yang diriwayatkan dari
Sa’ib Ibn Yazid beliau berkata :
عن السائب بن يزيد -رضي الله
عنه- قال: "كَانَ النِّدَاءُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوَّلُهُ إِذَا جَلَسَ
الإِمَامُ عَلَى الْمِنْبَرِ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ -صلى الله عليه وسلم-
وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ -رضي الله عنهما- فَلَمَّا كَانَ عُثْمَانُ -رضي الله
عنه- وَكَثُرَ النَّاسُ زَادَ النِّدَاءَ الثَّالِثَ عَلَى الزَّوْرَاءِ" .
رواه البخاري
Artinya (“Seruan adzan di hari jum’at
mula-mula hanya di saat imam duduk di atas mimbar, hal ini terjadi pada zaman
Nabi SAW dan zaman Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq dan Sayyidina Umar bin
Khotob. Pada zaman Sayyidina Utsman bin Affan saat orang-orang semakin banyak
maka Sayyidina Utsman menambahkan adzan yang ke tiga yaitu di zauro”
(HR Bukhori)
Zauro’ adalah satu tempat yang
suaranya bisa sampai ke pasar-pasar.
1. Hadits yang di riwayatkan oleh
Az-Zuhri beliau berkata :
عن الزهري قال: سمعت السائب
بن يزيد -رضي الله عنه- يقول: "إِنَّ الأَذَانَ يَوْمَ الجُمُعَةِ كَانَ
أَوَّلُهُ حِينَ يَجْلِسُ الإِمَامُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ عَلَى المِنْبَرِ في عهد
رسول الله -صلى الله عليه وآله وسلم- وأبي بكر وعمر -رضي الله عنهما-، فلما كان في
خلافة عثمان -رضي الله عنه- وكثروا أمر عثمان يوم الجمعة بالأذان الثالث، فأذن به
على الزوراء، فثبت الأمر على ذلك". رواه البخاري
Artinya : (“Dari Zuhri beliau berkata
sesungguhnya aku mendengar Sa’ib Ibn Yazid berkata : Sesungguhnya adzan pada
hari jum’at mula-mula diadakan saat imam duduk diatas mimbar pada hari jum’at
pada zaman Nabi SAW, Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq dan Sayyidina Umar bin Khotob.
Pada masa kekholifahan Sayyidina Utsman bin Affan saat kaum muslimin semakin
banyak maka Sayyidina Utsman memerintahkan menambah satu adzan yakni adzan yang
ketiga yang dikumandangkan di Zauro’, maka setelah itu seperti itulah ketetapan
adzan di dalam sholat jum’at.” )
Imam Bukhori menyebut adzan yang
ketiga karena secara istilah iqomat juga disebut sebagai adzan seperti yang
disabdakan Nabi SAW.
بين كل أذنين نافلة لمن شاء
Artinya:(Antara 2 adzan ada sholat sunnah yang sunnah untuk dilakukan bagi yang
mau melakukan”).
Rasulullah menyebut adzan dan iqomat
dengan istilah 2 adzan .
Yang bisa di fahami dari dua riwayat
dari Imam Bukhori adalah adzan dalam jum’at yang semula hanya ada 2 yakni adzan
dan iqomat saja, kemudian ditambah oleh Sayyidina Utsman dengan 1 adzan,
seperti disebutkan oleh Imam Bukhori dengan istilah adzan yang ketiga, maka
adzan dalam jum’at adalah adzan pertama, adzan kedua dan iqomah. Ibn Hajar
Al-Asqolani di dalam Fathul Bari Juz 2 hal 394 berkata :
"والذي
يظهر أن الناس أخذوا بفعل عثمان في جميع البلاد إذ ذاك؛ لكونه خليفةً مطاعَ الأمر"
“Yang bisa di fahami sesungguhnya orang-orang telah melakukan dengan apa yang
dilakukan Sayyidina Utsman di setiap negeri pada waktu itu karena beliau adalah
seorang kholifah yang harus dipatuhi perintahnya”.
Dan sungguh mematuhi Sayyidina Utsman adalah hakikat sunnah Nabi SAW seperti
yang disabdakan Nabi SAW dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ibnu Hibban dan
Imam Hakim.
من يعش منكم بعدي فسيري
إختلافا كثيرا فعليكم بسنتي وسنة الحلفاء المهد يين الراشدين .
“Siapapun yang hidup setelahku maka akan melihat perbedaan yang banyak, maka
hendaknya kalian semua berpegang kepada sunnahku dan sunnah para Kholifah
Ar-Rosyidin.”
Dan itulah yang dipahami oleh para
sahabat Nabi SAW sehingga pada zaman Sayyidina Utsman 2 adzan dalam sholat
jum’at adalah merupakan Ijma atas kesepakatan para ulama dari masa Sayyidina
Utsman bin Affan hingga hari ini. Hingga munculah pendapat yang berbeda yang
seolah-olah mereka lebih tau tentang sunnah Nabi kemudian berani mengatakan
jum’at dengan 2 adzan adalah bid’ah, maka pendapat seperti itu adalah pendapat
yang tidak bisa dianggap sama sekali. Artinya yang membid’ahkan 2 adzan adalah
membid’ahkan para sahabat-sahabat Nabi yang mulia dan sungguh benar apa yang
disabdakan Nabi SAW,
إن أخر هذه الأمة يلعن أولها أخرها . حديث صحيح . رواه ابن
ماجه
“Sesungguhnya umat akhir dari umat ini akan melaknat para
pendahulu-pendahulunya” Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Majjah
Terbukti sabda Nabi SAW pada zaman akhir ini ada orang yang membid’ahkan para
salaf dan para sahabat Nabi SAW.
Mungkin ada yang bertanya, Bukankah
sholat jum’at sudah ada pada zaman Nabi SAW ? Akan tetapi kenapa pada zaman
Nabi adzan hanya dikumandangkan sekali kemudian di saat datang Sayyidina Utsman
menjadi 2 kali ? Jawabannya adalah seperti yang disebutkan dalam riwayat Imam
Bukhori di atas sebabnya adalah orang-orang semakin banyak pada zaman Sayyidina
Utsman dan kota Madinah semakin melebar.
Dalam masalah ini sungguh tidak akan
menjadi masalah bagi orang yang mengerti sunnah Nabi dan bagaimana berpegang
pada sunnah Nabi SAW. Dan sudah menjadi maklum bagi ulama dari para sahabat
Nabi bahwa berpegang kepada Khulafa Ar-Rosyidin adalah juga berpegang pada
sunnah Nabi SAW.
Dari itulah kenapa para sahabat Nabi SAW bersepakat mengikuti Sayyidina Utsman
padahal para sahabat Nabi juga banyak dari para ulama selain Sayyidina Utsman.
Sungguh mereka tidak mengikuti sahabat Utsman kecuali karena benarnya apa yang
dilakukan oleh Sayyidina Utsman Bin Affan Ra.
Waktu Adzan yang Pertama dan Jarak
Antara Adzan yang Pertama dan Kedua
Masalah jangka waktu antara adzan pertama dan kedua tidak ada ketentuannya,
hanya dikira-kira sekedar agar kaum muslimin bisa bergegas mempersiapkan sholat
jum’at.
Adapun waktu adzan awal para ulama
berbeda pendapat, sebagian mengatakan sebelum masuk waktu dhuhur sebagian lagi
mengatakan setelah masuk waktu dhuhur. Dan perbedaan seperti ini bagi mereka
para ulama sangat sederhana sebab intinya untuk mengingatkan orang-orang agar
bersiap-siap dan bergegas pergi ke masjid .
Pendapat Ulama Saudi
Berikut ini kami akan menukil
pendapat tokoh-tokoh dari Saudi yang sebetulnya kami tidak perlu mendatangkan
pendapat-pendapat mereka karena dalam buku-buku kitab ahli sunnah wal jama’ah 4
madzhab sudah diterangkan dengan jelas dan gamblang tanpa ada keraguan sedikit
pun bahwa ulama telah bersepakat bahwa adzan dalam sholat jum’at adalah dengan
2 adzan.
Akan tetapi setelah munculnya fitnah pembid’ahan terhadap 2 adzan atau
membid’ahkan adzan tambahan Sayyidina Utsman. Maka kami perlu untuk menghadirkan
pendapat tokoh-tokoh dari Saudi agar orang-orang yang mengingkari 2 adzan
tersebut bisa membaca. Karena kebanyakan dari mereka yang mengingkari 2 adzan
banyak berkiblat kepada para tokoh-tokoh dari Arab Saudi. Dan dengan sengaja
kami nukil dengan bahasa arabnya secara utuh barang kali ada sebagian pembaca
yang mengerti bahasa arab agar bisa membacanya sendiri. Dan fatwa-fatwa
tersebut juga kami nukil secara utuh tanpa kami kurangi sedikitpun.
Yang pertama datang pertanyaan kepada Syaikh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz
tentang kapan disyariatkannya 2 adzan dan bagaimana adzan tambahan yang bid’ah
ini bisa terjadi di Saudi dan bagaimana orang Saudi melakukan bid’ah.
Syaikh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz menjawab dan jawaban ini juga
dikeluarkan oleh lembaga fatwa terpercaya dikalangan mereka yaitu Al Lajnah Ad
Daimah Lil Buhust Al ‘Ilmiyah Wal Ifta’ dan juga Fatwa ini bisa di dapat dalam
kumpulan risalah-risalah Syaikh Abdul Aziz Bin Baz jilid 12.
ثبت عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال: "عليكم بسنتي
وسنة الخلفاء الراشدين المهديين، فتمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ" الحديث،
والنداء يوم الجمعة كان أوله حين يجلس الإمام على المنبر في عهد النبي صلى الله
عليه وسلم وأبي بكر وعمر رضي الله عنهما، فلما كانت خلافة عثمان وكثر الناس أمر
عثمان رضي الله عنه يوم الجمعة بالأذان الأول، وليس ببدعة لما سبق من الأمر باتباع
سنة الخلفاء الراشدين، والأصل في ذلك ما رواه البخاري والنسائي والترمذي وابن ماجة
وأبو داود واللفظ له:
عن ابن شهاب أخبرني السائب بن
يزيد أن الأذان كان أوله حين يجلس الإمام على المنبر يوم الجمعة في عهد النبي صلى
الله عليه وسلم وأبي بكر وعمر رضي الله عنهما، فلما كان خلافة عثمان وكثر الناس
أمر عثمان يوم الجمعة بالأذان الثالث فأذن به على الزوراء فثبت الأمر على ذلك، وقد
علق القسطلاني في شرحه للبخاري على هذا الحديث بأن النداء الذي زاده عثمان هو عند
دخول الوقت، سمَّاه ثالثاً باعتبار كونه مزيداً على الأذان بين يدي الإمام
والإقامة للصلاة، وأطلق على الإقامة أذاناً تغليباً بجامع الإعلام فيهما، وكان هذا
الأذان لما كثر المسلمون فزاده عثمان رضي الله عنه اجتهاداً منه، ووافقه سائر
الصحابة بالسكوت وعدم الإنكار، فصار إجماعا سكوتياً
Artinya;(”Telah benar riwayat dari
Rosululloh SAW sesungguhnya Rosululloh bersabda : “Hendaknya engkau berpegang
dengan sunnah ku dan sunnah Khulafa Ar-Rosyidin yang telah mendapatkan
petunjuk. Maka berpeganglah dengan sunnah tersebut dengan sungguh-sungguh.
Seruan adzan jum’at mula-mula
diadakan saat imam duduk di atas mimbar pada zaman Nabi SAW, Sayyidina Abu
Bakar As-Shiddiq dan Sayyidina Umar bin Khotob. Pada zaman Sayyidina Utsman bin
Affan kaum muslimin semakin banyak. Maka Sayyidina Utsman memerintahkan
menambah adzan yang pertama dalam sholat jum’at dan ini bukanlah BID’AH seperti
yang telah disebutkan yaitu adanya perintah dari Nabi untuk mengikuti sunnah
para Khulafa Ar-Rosyidin.
Dan landasan permasalahan ini adalah
apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Imam Nasa’i, Imam Tirmidzi dan Imam
Abu Dawud . (Dan lafadz hadits ini diambil dari Abu Dawud)
Diriwayatkan dari Ibnu Syihab beliau berkata : Telah memberikan kabar kepadaku
Sa’ib ibn Yazid : sesungguhnya adzan itu mula-mula adalah pada saat imam duduk
di mimbar pada hari jum’at pada zaman Nabi Saw, zaman Sayyidina Abu Bakar
As-Shiddiq dan zaman Sayyidina Umar bin Khotob. Pada masa kekholifahan
Sayyidina Utsman tatkala orang-orang semakin banyak Sayyidina Utsman
memerintahkan pada hari jum’at agar diadakan adzan yang ke 3 yang kemudian
dikumandangkan adzan di Zauro’. Dan setelah itu menjadi tetap lah permasalahan
ini seperti itu.
Imam Asqotolani mengomentari hadits
ini dalam Syarah Bukhorinya : “Sesungguhnya adzan yang diadakan Sayyidina
Utsman saat masuknya waktu diberi nama dengan adzan ketiga karena dianggap
sebagai tambahan dari adzan dihadapan imam (diatas mimbar) dan iqomah untuk
sholat. Iqomah di dalam sholat juga di sebut dengan istilah adzan.
Dan adzan (tambahan) ini ditambakan oleh
Sayyidina Utsman saat kaum muslimin menjadi banyak, hal seperti ini merupakan
Ijtihad dari beliau, dan ijtihad ini disetujui para sahabat Nabi SAW tanpa ada
ingkar sama sekali dari mereka. Maka hal semacam ini sudah menjadi Ijma atau
kesepakatan (Ijma Sukuti).”)
Yang kedua Fatwa Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin dalam kitab Syarah Mumti’ juz
6 hal 162
Teks Fatwa tersebut sebagai berikut :
ولكن يجب أن نعلم أنّ عثمان ـ
رضي الله عنه ـ أحد الخلفاء الراشدين الذين أمرنا باتباع سنتهم، فإن لم ترد عن
النبي صلّى الله عليه وسلّم سنة تدفع ما سنه الخلفاء، فسنة الخلفاء شرع متبع،
وبهذا نعرف أن الأذان الأول يوم الجمعة سنة بإثبات النبي صلّى الله عليه وسلّم ذلك
بقوله: «عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين» ، أما من أنكره من المُحدَثين، وقال:
إنه بدعة وضلل به عثمان ـ رضي الله عنه ـ فهو الضال المبتدع؛
لأن عثمان رضي الله عنه سنَّ
الأذان الأول بسبب لم يوجد في عهد النبي صلّى الله عليه وسلّم، ولو وجد سببه في
عهد الرسول صلّى الله عليه وسلّم ولم يفعله النبي صلّى الله عليه وسلّم لقلنا: إن
ما فعله عثمان -رضي الله عنه- مردود؛ لأن السبب وجد في عهد النبي صلّى الله عليه
وسلّم ولم يسن النبي صلّى الله عليه وسلّم فيه شيئاً، أما ما لم يوجد في عهد
الرسول عليه الصلاة والسلام السبب الذي من أجله سنَّ عثمان -رضي الله عنه- الأذان
الأول فإن سنتَهُ سنةٌ متبعةٌ، ونحن مأمورون باتباعها
Artinya;(“Akan tetapi wajib untuk
kita mengetahuinya bahwa sesungguhnya Sayyidina Utsman bin Affan adalah salah
satu dari Khulafa Ar-Rosyidin yaitu orang- orang yang kita diperintahkan untuk
mengikuti sunnah mereka.
Jika tidak ada riwayat dari Nabi SAW satu sunnah yang menolak (bertentangan)
dengan sunnah para Khulafah, maka menjadi pasti sunnah para khulafah tersebut
adalah Syariat yang harus di ikuti.
Atas dasar inilah kita bisa
mengetahui sesungguhnya adzan yang pertama pada hari jum’at adalah sunnah
dengan pengukuhan dari Nabi SAW di dalam sabdanya : “Hendaknya engkau berpegang
pada sunnah ku dan sunnah para Khulafa Ar-Rosyidin”
Adapun orang yang mengingkari dari
orang-orang baru (akhir zaman) yang mengatakan adzan ini adalah bid’ah kemudian
mengatakan Sayyidina Utsman adalah bid’ah, sesungguhnya mereka sendirilah
ORANG-ORANG YANG SESAT DAN AHLI BID’AH. Sebab sesungguhnya Sayyidina Utsman
mengadakan adzan yang pertama karena sebab yang tidak ada pada zaman Nabi SAW.
Seandainya sebab yang ada pada zaman Sayyidina Utsman juga ada pada zaman Nabi
kemudian Nabi tidak melakukannya tetapi Sayyidina Utsman melakukannya niscaya
kami akan sependapat dengan mereka dan apa yang dilakukan Sayyidina Utsman
harus ditolak. Adapun sebab yang tidak ada pada zaman Nabi kemudian adanya pada
zaman Sayyidina Utsman dan Sayyidina Utsman melakukan atas dasar sebab tersebut
seperti adzan yang pertama ini maka sesungguhnya itulah sunnah yang di ikuti
dan kita pun diperintahkan untuk mengikutinya”.)
Kesimpulan
Kaum muslimin dan muslimat ini adalah sekelumit dari pencerahan untuk
menghindarkan dari fitnah-fitnah yang ada di masjid-masjid masyarakat kita. Dan
mari kita semua kembali kepada sunnah Khulafa Ar-Rosyidin dengan mempertahankan
adzan jum’at dengan 2 adzan dan bagi masjid yang adzannya hanya ada satu kali
kita kembalikan menjadi 2 adzan yang itu semua adalah demi kepatuhan kita
kepada ulama, Khulafa Ar-Rosyidin dan kepada Rosululloh SAW.
Dan bisa disimpulkan sebagai berikut :
1. Adzan jum’at dengan 2 adzan adalah
kesepakatan para sahabat Nabi dan para ulama dari masa kemasa
2. Munculnya pendapat yang berbeda
dengan ini yaitu pendapat yang membid’ahkan sholat jum’at dengan 2 adzan adalah
pendapat yang aneh dan hanya menimbulkan fitnah di tengah masyarakat
3. Mari kita membaca ilmu dengan
penuh keinsyafanSemoga Allah SWT memberikan hidayah kepada kita semua .
Wallahu a’lam Bish-showab
Oleh : Buya YAHYA