Rekan semua pembaca yang baik hatinya, kita terlahir di dunia bukan
faktor kebetulan semata, kita terlahir di dunia ini sengaja Allah ciptakan sebagai
makhluk pilihan dan diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna. “sesungguhnya
Aku telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna”. Suatu keadaan
yang pertamakali perlu kita mensyukurianya yaitu nikmat keberadaan kita di
dunia ini (nikmatul ijad).
Di tengah hiruk pikuk kehidupan dunia modern saat ini seringkali kita alami
berbagai problematika hidup yang sangat berat, yaitu ketika seseorang ditimpa
dengan persoalan ekonomi yang sulit dan terpuruk, diuji dengan kejadian
ayah/Ibu atau salah satu anggota keluarga yang sakit, dilibatkan dengan masalah
anak yang bertindak melanggar nilai-nilai moral dan agama dan masih banyak lagi
persolan-persolan hidup lagi yang lebih memilukan.
Atas semua kejadian yang terjadi hendaknya kita kembalikan pertama kali
kepada diri kita sendiri terlebih dahulu, Apakah kita jauh dari Allah? Sehingga
Allah menjadikan diri terpuruk, terhina, dan mengalami beban yang berat dan dahsyat.
Ataukah kita seperti orang yang mendekatkan diri kepada-Nya tapi hati kurang
ikhlas? Sehingga Allah tidak mendengar do’a kita dan mengacuhkan apa yang
menimpa kita.
Semisal adanya anak yang tidak patuh dan menurut pada perintah orang
tua, tidak mau menjalankan perintah agama seperti sholat, melakukan tindakan
yang melanggar norma-norma, itu semua sebenarnya bukan sepenuhnya kesalahan
sang anak. Kita meraba diri kita dahulu sudahkah kita mendidiknya dengan cara
yang baik dan benar?, sudahkah kita memilihkan sekolah / tempat belajar yang
tepat untuknya?, sudahkah kita curahkan kasih sayang sepenuhnya kepadanya
dengan bangun malam dan mendo’akannya?, sudah ikhlaskah semua yang kita lakukan
hanya karena Allah? Padahal itu semua adalah upaya yang harus dilakukan ketika
mencita-citakan anak yang shalih.
Masalah-masalah itu pasti, problematika yang terjadi bermacam-macam itu
jelas, sedangkan kesiapan kita untuk itu kadang masih tanda tanya. Maka kita
harus banyak belajar dan introspeksi diri (muhasabatunnafs) kemdian
mengikuti petunjuk-petunjuk nabi seperti hal dibawah ini :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ سُمَيٍّ
عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ جَهْدِ الْبَلَاءِ وَدَرَكِ الشَّقَاءِ وَسُوءِ
الْقَضَاءِ وَشَمَاتَةِ الْأَعْدَاءِ
Telah
menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Sufyan dari
Summi dari Abu Shalih dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Mintalah perlindungan kepada Allah dari cobaan
yang menyulitkan, kesengsaraan yang menderitakan, takdir yang buruk dan cacian
musuh." (BUKHARI - 6126)
Hakekat seorang
hamba makhluk yang wajib patuh pada Tuannya yakni Allah SWT. kalau seseorang hamba
menghendaki sesuatu tempat memintanya hanya pada tuannya yaitu Allah, meminta
sesuatu kepada tuannya akan dikabulkan jika yang meminta tidak punya cela dan
dekat dengan tuannya yakni dekat dengan Allah SWT. Taqorrub atau
mendekatkan diri kepada Allah adalah jalan bagi seseorang mendapatkan apa yang
dimintanya dari Allah SWT.
Berdo’a
kepada Allah secara terus menerus adalah bagian dari taqorrub kepada
Allah yang mesti dilakukan oleh setiap individu muslim. Seperti halnya do’a
yang bisa kita petik dari perkataan Nabi diatas menjadi demikian :
اللّهُمَّ اِنِّي اَعُوْذُبِكَ
مِنْ جَهْدِ الْبَلَاءِ وَدَرَكِ الشَّقَاءِ وَسُوءِ الْقَضَاءِ وَشَمَاتَةِ
الْأَعْدَاءِ
“Ya Allah jauhkanlah diriku dari cobaan yang menyulitkan, kesengsaraan
yang menderitakan, takdir yang buruk dan cacian musuh”
Dengan kita
senantiasa akrab dengan do’a berarti kita sering berkomunikasi dengan Allah
SWT. al hasil dengan kita seng berdo’a kita akan menjadi hamba yang dekat dan
do’a kita akan dikabulkan. Tentang bagaimana wujud do’a
dikabulkan Insyaallah Akan kita bahas pada halaman tersendiri.