Mungkin persepsi kebanyakan orang
awam bahwa sedekah adalah amal ibadah yang bisa dilakukan oleh orang-orang kaya
saja atau orang mempunyai kelebihan harta. Dengan persepsi ini orang akan
cenderung tidak beramal sedekah atau mengurungkan niat untuk bersedekah karena
merasa berkemampuan pas-pasan, terjebak dengan perasaan “tidak mampu” untuk
bersedekah, sehingga seumur-umur hidupnya tidak pernah bersedekah dan terjebak
dengan perasaan kurang beruntung atas nasib yang diterimanya.
Mereka selalu berkata “untuk memenuhi
kebutuhan hidup sendiri saja pas-pasan bahkan kadang kurang! Mana mungkin saya bisa
bersedekah?”
Nah persoalan ini sebenarnya sudah
ada sejak zaman nabi dan kita coba ulas kembali sebagai pengingat yang lupa dan
tambahan ilmu bagi yang baru mengerti. Kita perlu memahami hal-hal berikut.
Perluas Makna Sedekah.
Pada umumnya kita berpersepsi bahwa
sedekah adalah pemberian dengan suka rela dari seseorang terhadap yang
membutuhkan, biasanya berupa materi-materi, entah itu uang atau barang. Hendaknya
kita memperluas makna sedekah sehingga ibadah ini bisa mencakup seluruh umat
Islam, maksudnya bisa dilakukan oleh seluruh umat Islam dalam kondisi apapun.
Hal ini merujuk dari hadis Nabi :
Dari Abu Dzar
radhiallahuanhu : Sesungguhnya sejumlah orang dari shahabat Rasulullah
shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa
sallam: “ Wahai Rasululullah, orang-orang kaya telah pergi dengan membawa
pahala yang banyak, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa
sebagaimana kami puasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka
(sedang kami tidak dapat melakukannya). (Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa
sallam) bersabda : Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian jalan untuk
bersedekah ? : Sesungguhnya setiap tashbih merupakan sedekah, setiap takbir
merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan
sedekah, amar ma’ruf nahi munkar merupakan sedekah dan setiap kemaluan kalian
merupakan sedekah. Mereka bertanya : Ya Rasulullah masakah dikatakan berpahala
seseorang diantara kami yang menyalurkan syahwatnya ?, beliau bersabda :
Bagaimana pendapat kalian seandainya hal tersebut disalurkan dijalan yang
haram, bukankah baginya dosa ?, demikianlah halnya jika hal tersebut diletakkan
pada jalan yang halal, maka baginya mendapatkan pahala. (Riwayat Muslim)
Dari Abu Hurairah
radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda
: Setiap anggota tubuh manusia wajib disedekahi, setiap hari dimana matahari
terbit lalu engkau berlaku adil terhadap dua orang (yang bertikai) adalah
sedekah, engkau menolong seseorang yang berkendaraan lalu engkau bantu
dia untuk naik kendaraanya atau mengangkatkan barangnya adalah sedekah, ucapan
yang baik adalah sedekah, setiap langkah ketika engkau berjalan menuju shalat
adalah sedekah dan menghilangkan gangguan dari jalan adalah sedekah. (Riwayat
Bukhori dan Muslim)
Rasulullah SAW menterjemahkan makna
sedekah yang luas yang dapat diterapkan dalam kehidupan ini, hal ini menjadikan
setiap orang Islam beriman sama-sama memiliki kesempatan untuk bersedekah.
Sebesar apa sedekahnya tergantung usahanya untuk menjalankan petunjuk Rasullullah
SAW di atas.
Hadis ini bukan berarti menghilangkan
makna sedekah berupa pemberian harta benda, namun sebagai trobosan amal bagi
yang tidak ditakdirkan memiliki kemampuan yang lebih di bidang harta. Yang pada
intinya, orang beriman laki-laki atau perempuan semua bisa melaksanakan amal
ibadah sedekah.
Bukan Besarnya Nilai Tapi Besarnya
Ketulusan
Diterimanya setiap ibadah apapun disisi
Allah tergantung ketulusan hati sang abid
dalam menjalankannya, termasuk sedekah.
Zaman terbaik dalam hal sedekah
adalah periode sahabat, di mana orang sangat rela memberikan hartanya untuk
perjuangan Islam, sebagai salah satu contoh adalah sahabat Abu Bakar As-Sidiq
yang menyerahkan seluruh harta yang dimilikinya untuk perjuangan Islam, hingga yang
tersisa adalah hanya kain yang dipakainya saja. Ini adalah sedekah yang sangat
sulit dan berat untuk ditiru, tetapi ini adalah kebaikan yang luar biasa.
Sahabat Abubakar As-Sidiq dalam
bersedekah memiliki Nila yang besar secara matematis dan ketulusan yang besar
pula, dan kebanyakan para sahabat waktu itu setulus seperti Abu Bakar dalam
bersedekah. Maka saya katakan masa terbaik dam hal ibadah ini.
Namun di sisi lain bayak yang berbeda
dengan sahabat Abubakar karena takdir Allah yang berbeda-beda dalam hal rizki.
Yang perlu untuk diperbesar di zaman sekarang
ini bagi yang mempunyai kemampuan ekonomi yang lemah adalah ketulusan hati
karena Allah. Biarpun lima ratus rupiah yang disedakahkan dengan ikhlas karena
itu adalah kemampuan maksimalnya, maka itu sama nilainya dengan yang lima ribu,
lima puluh ribu ataupun kelipatannya sampai seberapapun yang dikeluarkan oleh
orang kaya yang ia ringan melakukannya.
Waspadai Sedekah Sirri dan
Terang-terangan
Di dalam kita bersedekah untuk
menjaga ketulusan itu perlu upaya batin yang terus menerus dijaga dan dilatih.
Karena dalam bersedekah baik itu siri atau terang-terangan selalu ada gangguan
yang bisa merusak keikhlasan kita. Gangguan yang datang itu dari setan yang selalu
mencari celah celah kelemahan hati manusia. memelesetkan secara samar adalah
keahlian setan, maka kita harus hati-hati
dan mewaspadainya.
Kesimpulan:
1. Sedekah itu
perintah untuk semua muslim, bukan hanya orang kaya saja.
2. Sedekah itu
bukan hanya dengan harta benda saja, bisa juga dengan amal-amal kebaikan
terhadap muslim yang lain.
3. Besarnya ketulusan
dalam bersedekah itu lebih diutamakan daripada besarnya sedekah, sedang
kesempurnaan keduanya adalah istimewa.
4. Perlu mewaspadai
godaan setan untuk tidak ikhlas dalam bersedekah baik secara siri maupun terang
terangan
5. Yang mengetahui
diterima atau tidaknya amal sedekah hanyalah Allah. Mohonlah kepada Allah hati
untuk senantiasa ikhlas pada-Allah SWT.
Wallhu a’lam bis-showab.