Mulia
Karena Senang Mendoakan Orang Lain
Islam adalah
agama yang mulia dan akan memperoleh kebahagiaan bagi siapa saja yang patuh
tunduk pada ajarannya. Kedatangannya laksana cahaya terang dalam kegelapan yang
dibawa oleh Rasul yang mulia Muhammad SAW.
Agama yang
mengedepankan kasih sayang antara sesamanya, menghargai hak-hak dan hormat
kepada selainnya, pro kedamaian dan kemaslahatan, anti kekerasan, anti
penindasan, anti pemaksaan, anti pengrusakan ataupun terorisme.
Agama yang
mengajarkan kesantunan budi, kehalusan sikap dan perangai, penjagaan terhadap
tutur kata serta pandangan mata. Senantiasa memelihara senyum penuh kasih
dengan siapa saja sesama muslim, yang mengajarkan untuk menahan marahnya, melarang
bermuka masam di hadapan saudaranya dan menganjurkan menghilangkan jauh jauh
rasa jengkel/ kesal dalam hati.
Yang pasti
kalau kita sebutkan satu persatu kemuliaan Islam tidak pernah akan habis
disebut. Kenapa demikian? Itu karena Islam adalah agama yang sempurna, mengatur
semua hal dalam kehidupan ini. Jika ingin sempurna Islam seseorang masuklah ke
dalam Islam secara total dan menyeluruh tidak tengah-tengah atau bahkan sangat
kurang.
Kita mencoba
menelaah secara fokus tentang kemuliaan Islam ini dengan mengupas masalah
“saling mendoakan dalam Islam”. Yang kerap kita temui hal ini seperti sudah
membudaya dalam kalangan muslim, dengan contoh kecil yaitu ucapan salam
“assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh” semoga keselamatan, kasih sayang
dan berkah Allah atas kamu.
Dalam Islam
doa adalah senjata utama dan terampuh dalam setiap urusan karena megikuti
perintah-Nya “Ud’uni Astajib lakum (Berdoalah kepada-Ku Aku pasti mengabulkan
do’amu)” dan menguatkan hati untuk senantiasa bergantung kepadanya sesuai firman-Nya
“Allhu shomad (Allah tempat bergantung atas segala sesuatu)”.
Apa
Rahasia dibalik mendoakan sesama ?
Tersimpan
banyak rahasia mulia dari apa yang Rasul ajarkan untuk saling mendoakan sesama,
bahkan terhadap orang yang belum beriman, beberapa diantaranya akan kita uraikan di bawah :
Pertama: Sifat
Penyayang yang sesungguhnya
Islam adalah Rohmatal
lil ‘alamin kasih sayang untuk
seluruh yang ada dalam ini, maka sebagain besar inti ajaran islam yang
berkaitan dengan hablumm minannas intinya adalah kasih sayang, saling
membantu, saling berbagi, menaruh rasa perhatian dll.
Bahakan
dikatakan oleh Rasulullah SAW: “Tidak dikatakan beriman seseorang jika ia belum
bisa mencintai saudaranya sendiri sebagaimana ia mencintai diri sendiri”.
Mendoakan
sesama muslim adalah wujud rasa kasih sayang yang Allah tanamkan dalam hati
seseorang kepada sesamanya sebagai perwujudan dari iman kepada Allah yang
sebenarnya. Do’a seorang muslim senantiasa mendoakan kebaikan-kebaikan,
keselamatan dan kesejahteraan. Merasa rela kalau melihat orang lain itu sesat,
tersesat /menyesatkan.
Do’a nabi
kepada penduduk tha’if ketika nabi berhijrah dan disambut dengan lemparan batu
tetapi Beliau tidak marah, adalah perwujudan rasa kasih sayang Rasul kepada
umatnya yang belum beriman, padahal mereka jelas-jelas belum beriman dan
menyakiti, tetapi Rasulullah memiliki
sifat belas kasih yang mendalam. Dengan sabar belia mengucapkan do’a “Yaallah
berilah petunjuk kaumku sesungguhnya mereka belum mengerti (kebenaran Islam)”.
Seorang anak
yang berbakti kepada orang tuanya hendaknya senantiasa mendoakan keduanya
ketika keduanya masih hidup atau telah
meninggal, itu adalah termasuk bentuk kasih sayang yang dicurahkan anak kepada
orang tuanya. Hadiah satu bacaan surat Al-Fatihah untuk orang tua itu sangat
bernilai tinggi bagi orang tua dibanding pemberian berupa materi. Keridhoan
orang tua bukan hanya karena materi, sikapkita yang penyayang dan senantiasa
mendoakan itulah yang membuat hati orang tua ridho.
Kedua: Sifat
Pemurah yang sesungguhnya
Prinsip islam
adalah saling memberi, pemurah, dan rela hati. Kemurahan bukan diukur dengan
materi, memberikan do’a merupakan sifat pemurah dalam islam, memberikan hadiah
bacaan salah satu surat dalam al-Qur’an adalah kemurahan, semua itu akan sampai
kepada yang diberi.
Sifat pemurah
dalam memberikan do’a bukanlah hadiah yang murahan akan tetapi sebenarnya
memiliki nilai yang besar daripada kemewahan dunia ini, memberikan berupa
materi baik akan lebih baik lagi disertai dengan do’a. Salam adalah hadiah
istimewa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW bagi umat Islam, yang isinya
berupa do’a keselamatan dan do’a supaya senantiasa mendapatkan kasih sayang
Allah. Tebarkanlah salam kepada siapa saja saudaramu yang engkau jumpai, tanpa
sadar anda telah memberikan hadiah-hadiah berharga kepada mereka berupa tertanamnya
dalam hati sifat kasih dan sayang, jika kasih dan sayang ada pasti kerdhoan ada
juga disitu.
Untuk
memantapkan lagi akan hal ini, kita senantiasa mendengar cerita tentang
Rasulullah dan sahabat bagaimana jika berjumpa dan berpisah, mereka senantiasa
memelihara salam. Mulai dari zaman
Rasulullah SAW, zaman Sahabat Nabi diteruskan hingga zaman kita sekarang,
mereka jika berjumpa mendo’akan jika berpisah juga mendo’akan, bukankah itu satu
kemurahan yang mulia. Maka kesejahteraan dan keselamatan atas mereka yang
senantiasa Mendo’akan saudaranya sendiri.
Ketiga: Sifat
damai dan pemaaf yang sesungguhnya
Kiranya
adakah seorang seorang yang suka kerusuhan itu suka memberikan hadiah fatihah,
kiranya adakah seorang pendendam itu suka mendo’akan orang lain ? Jawabnya
adalah Tidak, karena sifat suka berbagi, suka memberi, senang mendo’akan adalah
sifat seseorang yang menjunjung tinggi perdamaian, ketenangan dan kemaslahatan,
sifat orang yang senang memaafkan bukan sifat orang-orang yang suka membuat
teror dan keresahan, bukan sifat orang yang selalu mengobarkan api kebencian
dan dendam.
Dengan sikap
saling mendoakan yang dimiliki seorang muslim itu dengannya ia telah mengibarkan
bendera perdamaian dan persaudaraan, bersemangat untuk saling memaafkan memaklumi kewalahan dan
menggantikannya dengan kebaikan-kebaikan diantara mereka.
Kebiasaan
saling mendo’akan adalah kebiasaan terindah dalam Islam yang tampak disitu
kesatuan yang kukuh antara muslim yang satu dengan yang lainnya, ibarat sebuah
bangunan yang menguatkan bangunan yang lain. Keindahan dan kemuliaan akan
mencuat karena sikap saling mendo’akan serta keburukan akan tenggelam juga
karenanya. Selamanya sikap saling mendo’akan ini baik adanya, maka perlulah
kita senantiasa memelihara dan mengajarkannya pada yang belum melakukan dan
belum memahaminya.
Keempat: Mencintai
karena Allah yang sesungguhnya
Pribadi yang baik adalah yang
berharap selalu keselamatan saudaranya sesama muslim. Sebagai ciri atau tanda
keshalihan seseorang jika ia suka mendo’akan sesama. Kalau seorang bilang cinta
pada saudaranya, pasti akan ditanyakan: “mana buktinya kamu cinta?” bagi orang
yang senang mendo’akan jelaslah jawabnya.: “Buktinya aku suka mendo’akan
mereka, hati merasa tidak rela jika saudara sendiri tersesat jalan atau hina
dalam hidupnya”. Itulah ciri orang yang mencintai karena Allah yang
sesungguhnya.
Memohonkan ampun kepada Allah
atas diri kita sendiri, orang terdekat kita, orang muslim laki-laki ataupun
perempuan adalah kebaikan yang kebaikan itu juga akan diperoleh kembali bagi
yang mendo’akan.
Jangan pernah berfikiran begini, “Dia
saja tidak pernah mau mendo’akan masa saya harus berdo’a kepadanya ?” Itu
adalah fikiran yang berbahaya dan tidak benar, karena seperti disebutkan diatas
bahwa mendo’akan yang lain adalah kembalinya pada diri sendiri.
Mendo’akan orang muslim ketika
mereka masih hidup atau setelah mereka meninggalkan dunia adalah kebaikan dan
do’anya akan sampai, jangan beranggapan tidak sampai. Karena banyak hal yang
mendasari hal tersebut dalam Al-Qur’an maupun Hadist. Wallhu a’lam.