Hampir tidak terasa sekarang telah memasuki bulan februari, momen-momen di bulan januari telah lewat dan pasti yang telah lewat tidak pernah akan terulang lagi. Menyambut dan mengisi bulan januari identik dengan perayaan-perayaan, hiburan-hiburan, pesta, karnaval atau bentuk senang-senang lain menurut kebanyakan orang. Sedang tahun baru identik dengan simbol-simbol seperti terompet, kembang api, dan atribut-atribut ucapan selamat tahun baru seperti kartu ucapan selamat tahun baru yang dikirimkan melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik, juga ucapan dalam spanduk yang dipasang dalam ruas-ruas jalan yang ramai dilewati orang, yang biasanya dituliskan disamping gambar orang yang mengucapkan itu dengan berbagi macam tujuan untuk pen-citraan dll. Itu semua adalah gaya hidup orang sekarang atau gaya hidup masa kini dalam menyambut tahun baru dan mengisi kegiatan di bulan januari.
Di dunia ini berbeda-beda cara orang untuk mengisi tahun baru, mayoritas penduduk dunia menyambutnya dengan pesta dan hura-hura. Tidak peduli anak-anak, kaum muda maupun tua semua ikut serta dalam kegembiraan sesaat tahun baru. Terkait perayaan tersebut menuai pro dan kontra dikalangan masyarakat muslim Indonesia, yang masalah pro kontra tersebut sudah tidak layak untuk diperdebatkan lagi. Mengenai hal tersebut cukuplah kita kembalikan pada nurani masing-masing, terlebih nurani yang diberi amanah sebagai pemimpin.
Hendaknya kita sebagai manusia yang berhati nurani menanyakan pada hati masing-masing tentang apa manfaat hal tersebut, dan mau dengan jujur jika tidak ada manfaat atau kurang manfaat berani untuk meninggalkan dan menggantikan dengan yang berdampak positif pada diri maupun lingkungan. Ubah gaya hidup dan pola berfikir yang sesuai dengan kepribadian bangsa kita yang berketuhanan. Menunjukkan pola berfikir jernih, cerdas dan sehat.
Orang cerdas mengisi tahun baru dengan penuh sangat hati-hati dan banyak pertimbangan, tidak mudah mengeluarkan dana untuk sesuatu yang tidak ada gunanya atau sedikit manfaatnya, jadi senantiasa mempertimbangkan dari segi manfaat dan dampak buruknya. Pemimpin yang cerdas baik pemimpin mulai tingkat R.T. sampai tingkatan yang paling atas juga mempertimbangkan dari segi manfaat dan dampak buruknya, bukan hanya untuk kesenangan sesaat dan popularitas diri pemimpin saja.
Jika mau berpikir jernih perayaan tahun baru yang diselenggarakan oleh pemerintahan kita, mulai tingkat R.T sampai dengan tingkat Pusat maka akan menemui banyak kekurangan dan minim manfaat. Hendaknya pemerintah memperhatikan beberapa hal sebagai dampak perayaan tahun baru dan pesta rakyat.
1. Pengeluaran Anggaran Besar Yang Mubazir.
Kita tahu beberapa daerah khususnya kota besar merayakan pesta tahun baru. Tapi kita tidak pernah mendapat informasi dari mana sumber dana pesta malam tahun baru itu, kadang terlena dengan wah dan gemerlap nya acara dan memandang keberhasilan seorang pemimpin ? Apakah uang rakyat atau dari swasta tidak pernah ada yang tahu bahkan berfikir saja tidak. Yang jelas untuk semu itu diperlukan anggaran yang besar entah itu dari swasta atau pemerintah itu adalah perbuatan kemubaziran yang perlu dicegah. Kalau kita pernah baca desas desus tentang dana anggaran untuk perayaan tahun baru di Pemda DKI itu Yakni anggaran pengamanan, pengawasan dan penataan angkutan untuk natal dan tahun baru sebesar Rp 100 juta. Kemudian anggaran pagelaran peningkatan mutu hasil kesenian menyongsong tahun baru Rp 200 juta, pemasangan ucapan selamat natal dan tahun baru Rp 70 juta. Pemda DKI juga menganggarkan penataan cahaya lampu hias sambut natal dan tahun baru 2014 Rp 100 juta. Partisipasi pada acara tahun baru 2014 Rp 50 juta. Hal tersebut adalah jumlah dana yang tidak sedikit jika dinilai dari segi manfaat tidaknya.
2. Sampah Yang Menumpuk Selepas Acara Tahun Baru
Seperti diberitakan TEM-PO.CO, Kuta - Perayaan tahun baru di Kuta, Bali, menyisakan 75 ton sampah. Selain dari sisa perayaan malam tahun baru, ada juga sampah kiriman. Limbah ini datang akibat hujan lebat yang disertai angin kencang. Juga dikabarkan di Bekasi - Perayaan pergantian tahun di Kabupaten Bekasi usai, Volume sampah meningkat 10 persen ini menunjukkan adanya peningkatan yang besar. Sampah yang dihasilkan dari perayaan tahun baru yang mengganggu dipandang dari sudut pandang mana-pun adalah keburukan yang besar, belum kalau hujan terus menerus bisa mengakibatkan banjir, seperti yang kita lihat di beberapa bagian wilayah jakarta terkena banjir. belum cukupkah itu kiranya sebagai peringatan bagi hati yang lupa akan nikmat-Nya.
3. Terjadinya Kerusuhan-kerusuhan di malam Tahun Baru
Perayaan tahun baru sangat berpotensi besar terjadinya kerusuhan yaitu perkelahian (tawuran) yang terjadi diantara kaum remaja kita, dimana ada perkumpulan selain perkumpulan untuk pendidikan dan ibadah itu berpotensi terjadi kerusuhan seperti rame-rame adanya konser musik dan yang sejenisnya. Jika hal tersebut terjadi yang dirugikan banyak orang, tidak jadi bahagia malah petaka yang datang.
Sebagai pemimpin hendaknya mempelajari ketiga hal tersebut diatas, dan berusaha meredam bahkan menghilangkan-nya dan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih bernilai manfaat untuk rakyat banyak. Euforia tahun baru dan pesta rakyat adalah kesenangan yang semu, senang sesaat sakitnya bertahun-tahun. Bagaimana itu tidak jika banyak rakyat miskin disekitar kita tidak pernah dapat uluran dana atau banyak yang masih ter-lewatkan saking banyaknya penduduk miskin di Indonesia, terjadi banjir yang menyengsarakan rakyat akibat sampah yang menumpuk, hutang negara yang banyak belum terbayar bayar. Semua adalah malapetaka yang tidak disadari oleh pemerintah dan rakyatnya sendiri. Hendaknya pemerintah dengan dana sebesar itu untuk acara perayaan tahun baru lebih bersifat hemat dan sederhana, dan bagian terbesar dari itu untuk kesejahteraan rakyat, betapa bahagianya orang miskin yang lemah dengan perhatian pemerintah semacam itu dari pada kebahagian sesaat ketika melihat gemerlap-nya kembang api di angkasa.
Dengan sifat sederhana dan hemat dari pemerintah rakyat pun harus mendukung dan memegang kepercayaan sepenuhnya, jika itu dilakukan lambat laun persoalan sosial masyarakat, ketimpangan, hutang, bencana, semua akan teratasi karena kesadaran nurani masing-masing dari sang pemimpin dan rakyatnya.